DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK MENURUT ISLAM
--------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh: Fahrudin
A. Pendahuluan
Orang
tua memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya. Baik
buruknya anak-anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan
dan bimbingan orang tuanya. Karena, di dalam keluarga itulah anak-anak pertama
kali memperoleh pendidikan sebelum
pendidikan-pendidikan yang lain. Sejak anak-anak lahir dari rahim ibunya, orang
tua tua selalu memelihara anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang dan
mendidiknya dengan secara baik dengan harapan anak-anaknya tumbuh dan
berkembang menjadi manusia dewasa yang baik. Pendidikan yang diberikan di
lingkungan keluarga berbeda dengan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah,
karena pendidikan dalam keluarga bersifat informal yang tidak terikat oleh
waktu dan program pendidikan secara khusus.
Pendidikan
dalam keluarga berjalan sepanjang masa, melalui proses interaksi dan
sosialisasi di dalam keluarga itu sendiri. Esensi pendidikannya tersirat dalam
integritas keluarga, baik di dalam komunikasi antara sesama anggota keluarga,
dalam tingkah laku keseharian orang tua dan anggota keluarga lainnya juga dalam
hal-hal lainnya yang berjalan dalam keluarga semuanya merupakan sebuah proses
pendidikan bagi anak-anak. Oleh karena itu, orang tua harus selalu memberikan
contoh tauladan yang baik kepada anak-anak mereka, karena apa pun kebiasaan
orang tua di rumah akan selalu dilihat dan dicerna oleh anak-anak.
Walaupun
di dalam keluarga tidak ada kurikulum khusus tentang pendidikan anak-anak,
tetapi orang tua harus tetap dapat
memberikan bimbingan kepada anak-anaknya dengan metode yang baik, baik yang
berkaitan dengan pendidikan jasmani dan kesehatan anak-anak maupun pendidikan
agama, akhlak, psikologi, sosial dan pendidikan lainnya yang diperlukan oleh
anak-anak dalam rangka menyongsong hari esok agar menjadi manusia yang
berpribadi luhur. Dengan kata lain, bahwa orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan anak di lingkungan keluarga.
Dan agar pendidikan dalam keluarga tersebut dapat berhasil dengan baik, maka
diperlukan suatu metode transformasi dan internalisasi nilai-nilai pendidikan
kepada anak-anak dalam keluarga tersebut.
Oleh karena itu, masalah utama yang aka dibahas
dalam tulisan ini yaitu: “Bagaimana Peranan Keluarga dalam Penanaman Pendiikan
Nilai Bagi Anak Menurut Islam”. Dari tulisan ini diharapkan dapat menghasilkan
sesuatu konsep tentang cara-cara menanamkan nilai-nilai pendidikan kepada anak
dalam keluarga menurut Islam yang tentunya akan sangat bermanfaat, khususnya
bagi orang tua yang mempunyai cita-cita agar anaknya kelak menjadi manusia yang
baik dan berpribadi luhur.
B. Makna Keluarga dan Peranannya
Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu
masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, anak-anak dan kerabat lainnya.
Lingkungan keluarga merupakan tempat di mana anak-anak dibesarkan dan merupakan
lingkungan yang pertama kali dijalanai oleh seorang anak di dalam mengarungi hidupnya,
sehingga apa yang dilihat dan dirasakan oleh anak-anak dalam keluarga akan
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa seorang anak.
Keluarga merupakan unit pertama dan institusi
pertama dalam masyarakat di mana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya,
sebahagian besarnya bersifat hubungan langsung dan di situlah berkembang
individu dan di situ pulalah terbentuknya tahap-tahap awal proses sosialisasi
bagi anak-anak. Dari interaksi dalam
keluarga inilah anak-anak memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat,
nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup dan dengan itu pulalah mereka memperoleh ketenteraman dan ketenangan.
Pembentukan
keluarga dalam Islam bermula dengan terciptanya hubungan suci yang menjalin
seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui perkawinan yang halal, memenuhi
rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya perkawinan tersebut. Oleh karena itu,
kedua suami dan isteri itu merupakan dua unsur utama dalam keluarga. Jadi,
keluarga dalam pengertiannya yang sempit merupakan suatu unit sosial yang
terdiri dari seorang suami dan seorang isteri, atau dengan kata lain, keluarga
adalah perkumpulan yang halal antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
yang bersifat terus menerus di mana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuai
dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami isteri
itu dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur utama
ketiga pada keluarga tersebut di samping dua unsur sebelumnya.
Keluarga
merupakan lingkungan pertama bagi setiap individu di mana ia berinteraksi. Dari
interaksi dengan lingkungan pertama inilah individu memperoleh unsur-unsur dan
ciri-ciri dasar daripada kepribadiannya. Juga dari situlah ia memperoleh
akhlak, nilai-nilai, kebiasaan dan emosinya dan dengan itu ia merobah banyak
kemungkinan-kemungkinan, kesanggupan-kesanggupan dan kesediannya menjadi
kenyataan dalam hidup dan tingkah laku yang tampak. Jadi keluarga itu bagi
seorang individu merupakan simbol atas nilai-nilai yang mulia, seperti keimanan
yang teguh kepada Allah, pengorbanan, kesediaan berkorban untuk kepentingan
kelompok, cinta kepada kebaikan, kesetiaan dan lain-lain lagi nilai mulia yang
dengannya keluarga dapat menolong individu untuk menanamkannya pada dirinya.
Individu
itu perlu pada keluarga bukan hanya pada tingkat awal hidupnya dan pada masa
kanak-kanak, tetapi ia memerlukannya sepanjang hidupnya, sebab di dalam
keluargalah, baik anak-anak, remaja,
orang dewasa, orang tua maupun manula
mendapatkan rasa kasih sayang, rasa tenteram dan ketenangan.
Keberadaan
keluarga bukan hanya penting bagi seorang individu, tetapi juga bagi
masyarakat, sehingga masyarakat menganggap keluarga sebagai institusi sosial
yang terpenting dan merupakan unit sosial yang utama melalui individu-individu
yang telah dipersiapkan di dalamnya, baik berupa nilai-nilai, kebudayaan,
kebiasaan maupun tradisi yang ada di dalamnya. Dari segi inilah, maka keluarga
dapat menjadi ukuran dalam sebuah masyarakat, dalam arti apabila masing-masing
keluarga itu berada dalam keluarga yang sehat, maka akan sehatlah suatu
masyarakat. Dan sebaliknya, jika masing-masing keluarga itu tidak sehat,
dampaknya terhadap masyarakat pun akan menjadi tidak sehat.
C. Peranan Pendidikan
Keluarga
Keluarga
sebagai tempat di mana anak-anak dibesarkan memiliki peranan yang sangat
penting dalam pendidikan anak, karena pertama-pertama yang akan dilihat dan
dirasakan oleh anak sebelum orang lain adalah keluarga. Peranan pendidikan
keluarga tidak akan tergeser oleh banyaknya institusi-institusi dan
lembaga-lembaga pendidikan yang ada, seperti Taman Kanak-kanak,
Sekolah-sekolah, Akademi-akademi dan lain-lainnya. Begitu juga dengan
bertambahnya lembaga-lembaga kebudayaan, kesehatan, politik, agama tidak akan
menggeser fungsi pendidikan keluarga.
Walaupun
begitu tingginya tingkat perkembangan dan perubahan yang berlaku disebahagian
besar masyarakat modern, termasuk masyarakat muslim sendiri, tetapi keluarga
tetap memelihara fungsi pendidikannya dan menganggap bahwa hal itu merupakan
sebagian tugasnya, khususnya dalam
rangka menyiapkan sifat cinta mencintai dan keserasian di antara
anggota-anggotanya. Begitu juga ia harus memberi pemeliharaan kesehatan,
psikologikal, spiritual, akhlak, jasmani, intelektual, emosional, sosial di
samping menolong mereka menumbuhkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kebiasaan yang diingini yang berguna dalam segala lapangan hidup mereka serta
sanggup mengambil manfaat dari pelajaran lembaga-lembaga lain.
Peranan
pendidikan yang sepatutnya dipegang oleh keluarga bagi anggota-anggotanya
secara umum adalah peranan yang paling pokok dibanding dengan peranan-peranan
lain. Lembaga-lembaga lain dalam masyarakat, misalnya lembaga politik, ekonomi,
kebudayaan dan lain-lain tidak dapat memegang peranan itu. Walaupun
lembaga-lembaga lain dapat menolong keluarga dalam tindakan pendidikan, akan
tetapi ia tidak sanggup menggantikan, kecuali dalam keadaan-keadaan luar biasa,
seperti ketika ibu bapak meninggal atau karena ibu bapak rusak akhlak dan
menyeleweng dari kebenaran, atau mereka acuh tak acuh dan tidak tahu cara-cara
yang betul dalam mendidik anak. Orang
tua semacam ini tidak akan sanggup mendidik anak-anaknya menjadi orang yang
baik dan terhormat, karenanya akan menjadi mashlahat apabila anak-anak itu
dididik di luar keluarga mereka, misalnya dalam institusi-institusi yang yang
baik, teratur dan bertanggungjawab atas baik dan buruknya kepribadian.
Apabila
fungsi keluarga dalam kajian psikologikal modern menekankan pendidikannya
kepada pembinaan jiwa mereka dengan rasa
cinta, kasih sayang dan ketenteraman, justeru para ahli ilmu jiwa Muslim jauh
sebelum itu telah menekankan perkara ini dalam berbagai tulisannya. Ulama-ulama
Muslim dahulu kala menekankan pentingnya peranan pendidikan keluarga itu pada
tahun-tahun pertama usia anak-anak yang berdasar kepada pengalaman-pengalaman
mereka sendiri. Di samping itu, nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah banyak yang
menekankan pentingnya pendidikan dalam keluarga, di antaranya: Allah berfirman:
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Q.S.(66):6). Juga
Rasulullah bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu
bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani atau Majusi (H.R.Tabrani dan
Baihaqi). Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah menjelaskan: “Awasilah
anak-anakmu dan perbaikilah adabnya” (H.R.Ibnu Majah).
Dari
bukti-bukti yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa mendidik anak dalam
keluarga kewajiban paling utama. Kewajiban ini tidak dapat ditinggalkan kecuali
karena udzur, dan juga tidak akan membebaskan ia dari tanggungjawab ini dengan
adanya institusi-institusi pendidikan yang didirikan khusus untuk anak-anak dan
generasi muda. Sebab, institusi itu tidak akan sanggup menggantikan keluarga
dalam menanamkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak-anak.
D. Peranan Pendidikan Sosial dalam Keluarga
Keluarga belum melengkapi
tugasnya dengan sempurna dalam pendidikan anak-anak, sehingga ia menolong
anak-anak memberikan pertumbuhan dari segi sosial. Pendidikan sosial ini
melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam
rangka mengokohkan akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran agamanya yang
mendorong kepada produksi, menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam perbuatan,
adil, kasih sayang, ihsan, mementingkan orang lain, tolong menolong, setia
kawan, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air dan lain-lain lagi bentuk
akhlak yang mempunyai nilai sosial.
Di antara dalil-dalil agama yang menjadi dasar
pentingnya pendidikan sosial dalam keluarga ialah: “Bertakwalah kamu kepada
Allah dan berbuat adillah kepada anak-anakmu” (HR.Muslim). Dan banyak lagi ayat
al-Qur’an dan Hadits yang berkaitan dengan pendidikan sosial bagi anak-anak
dalam keluarga. Sedangkan di antara metode yang patut digunakan oleh orang tua
dalam mendidik anak-anaknya dari segi sosial ini menurut Hasan Langgulung
(1989) adalah sebagai berikut:
1. Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku
sosial yang sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama.
2.
Menjadikan keluarga sebagai
tempat yang tercipta di dalamnya hubungan-hubungan sosial yang baik.
3.
Membiasakan anak-anak
secara berangsur-angsur berdikari dan memikul tanggungjawab dan membimbingnya
jika mereka bersalah dengan lemah lembut.
4.
Menjauhkan mereka dari
sifat manja dan berfoya-foya dan jangan menghina dan merendahkan mereka dengan
kasar, sebab sifat memanjakan dan kekasaran itu dapat merusak kepribadian
anak-anak.
5.
Menolong anak-anaknya
menjalin persahabatan dengan kawan-kawannya yang baik-baik, sebab anak akan ikut terbawa baik jika berkawan dengan
orang baik.
6.
Menggalakkan mereka
mendapatkan kerja yang dapat menolong mereka berdikari dari segi ekonomi.
7.
Membiasakan mereka hidup
sederhana supaya lebih bersedia menghadapi kesulitan hidup sebelum terjadi.
8.
Membiasakan mereka dengan
cara-cara Islam dalam makan, minum, duduk, tidur, memberi salam, masuk rumah
dan lain-lain lagi yang berkaitan dengan kegiatan hidup.
9.
Membiasakan bersifat adil
dalam memecahkan masalah yang terjadi di antara anak-anak
E. Peranan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dalam Keluarga
Keluarga mempunyai peranan penting dalam
menolong pertumbuhan anak-anaknya dari segi jasmani, baik aspek perkembangan
atau aspek dalam hal memperoleh
pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, kebiasaan-kebiasaan, dan
sikap terhadap kesehatan yang harus dimiliki untuk mencapai kesehatan jasmani
yang sesuai dengan usia menurut kematangan dan pengamatan mereka.
Peranan keluarga dalam menjaga kesehatan
anak-anaknya dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir, yaitu melalui pemeliharaan
terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat selama
mengandung, sebab hal itu akan berpengaruh terhadap anak dalam kandungan.
Sehingga apabila bayi lahir, maka tanggungjawab keluarga terhadap kesehatan
anak dan ibunya akan semakin banyak.
Di dalam al-Qur’an dan al-Hadits banyak
dikemukakan tentang bagaimana cara mendidik anak-anak dalam bidang pendidikan
jasmani dan kesehatan, agar anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat
kelak. Di antaranya, Allah berfirman:
“Makan dan minumlah dan jangan kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
suka kepada orang yang berlebih-lebihan” (QS.(7):51). “Bersihkanlah pakaianmu”
(QS (74):4). “Hendaklah ibu-ibu menyusukan anak-anaknya dua tahun penuh” (QS
(2):233). Selain dalam al-Qur’an, dalam Hadits juga banyak dijelaskan, di
antaranya: Berobatlah, sebab yang menciptakan penyakit juga menciptakan obat
(H.R. Ahmad). “Ajarilah anak-anakmu
berenang dan memanah dan suruhlah mereka melompat ke atas kuda” (H.R.Muslim).
Selain dalam al-Qur’an dan Al-Hadits, ada juga perkataan Sahabat Umar RA:
“Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah dan suruhlah mereka melompat ke atas
kuda.
Dari ayat al-Qur’an dan Hadits serta perkataan
sahabat di atas, jelaslah bahwa Islam sangat memperhatikan tentang pendidikan jasmani
dan kesehatan anak-anaknya. Hanya saja, bagaimana metode penyampaiannya itu
diserahkan kepada para ahli dalam bidangnya, yang dalam hal ialah para ahli
pendidikan. Di antara metode yang dapat
menolong untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan
anak-anak itu adalah:
1. Memberi peluang yang cukup untuk menikmati air susu ibu, jika
kesehatan ibu memungkinkan, sebab pada air susu ibu, terkandung makanan
jasmani, psikologikal dan spiritual yang tidak terdapat pada susu botol, walau
bagaimanapun kandungan dan susunan bahan-bahannya.
2. Menjaga kesehatan dan kebersihan jasmani dan pakaiannya dan
melindunginya dari serangan angin, panas, terjatuh, kebakaran, tenggelam,
meminum bahan-bahan berbahaya, dan lain sebagainya.
3. Menyiapkan makanan yang cukup yang mengandung unsur-unsur makanan
pokok dan kalori yang sesuai dengan tingkat umur anak-anak.
4. Memberikan imunisasi,
seperti imunisasi polio, difteria, campak, lumpuh anak-anak, TBC dan
lain-lainnya berupa penyakit anak-anak yang telah ditemukan oleh para ahli
kedokteran.
5. Selalu memeriksakan ke dokter terhadap berbagai alat tubuh dan
memberi peluang untuk bergerak badan dan mengajarnya berbagai kegiatan dan
permainan yang berfaedah dan dapat menolong pertumbuhan dan menguatkan
otot-otot dan berbagai anggota tubuhnya, juga harus diberi peluang untuk
istirahat yang diperlukan untuk kesehatan jasmaninya.
6. Diberi pengetahuan tentang konsep-konsep kesehatan yang baik
sesuai dengan usianya dan menolong membentuk kebiasaan dan sikap kesehatan yang
baik dan menjadi tauladan yang baik dalam menjalani konsep hidup sehat.
7. Memberi contoh yang baik dalam kebersihan, cara-cara duduk,
makan, minum dan membimbing anak-anak ke arah pertumbuhan kesehatan jasmani
yang normal.
h. Menyiapkan tempat tinggal
yang sehat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan selalu meneliti penyakit
yang diidapnya sejak awal pertumbuhannya dan berusaha mengobatinya.
F. Peranan Pendidikan Intelektual dalam Keluarga
Walaupun pendidikan akal telah dikelola oleh
institusi-institusi yang khusus semenjak dulu, tetapi keluarga masih tetap
memegang peranan penting dan tidak dapat dibebaskan dari tanggungjawab ini.
Bahkan ia memegang tanggungjawab besar sebelum anak-anaknya memasuki sekolah.
Di antara tugas-tugas keluarga dalam hal ini adalah untuk menolong anak-anaknya
menemukan, membuka dan menumbuhkan kesediaan-kesediaan bakat-bakat, minat dan
kemampuan akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang
sehat dan melatih indera kemampuan-kemampuan akal tersebut.
Islam sangat memperhatikan pendidikan akal bagi
anak-anak dan ini terbukti dari banyaknya ayat-ayat al-Qur’an dan As-Sunnah
yang menekankan keutamaan akal, ilmu dan perintah untuk merenung dan berpikir
tentang kekuasaan Allah, di antaranya: “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan
bumi dan adanya pergantian siang dan malam itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi orang-orang yang berakal” (QS (3):190).
Untuk dapat memperoleh hasil yang baik dalam
mengaplikasikan pendidikan akal dalam keluarga, maka di antara metode yang
dapat digunakan ialah:
1. Mempersiapkan peralatan di rumah
dengan segala macam perangsang intelektual dan budaya. Di anatara
berbagai perangsang ini adalah permainan-permainan pengajaran, gambar-gambar,
buku-buku dan majalah yang dapat menyebabkaan anak-anak gemar menelaah
kandungan buku-buku dan majalah-majalah dan bersedia membaca sebelum ia belajar
membaca dan menulis.
2. Membiasakan anak-anak secara umum berpikir logis dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi dan memberi contoh yang
baik dalam berpikir logis tersebut.
3. Membiasakan mereka mengaitkan akibat-akibat dengan sebabnya dan
pendahuluan dengan kesimpulannya. Begitu juga dengan membiasakan berfikir
objektif, kejernihan dalam mengambil keputusan, terus terang dalam perkataan
dan jangan membelok dalam pemikiran, dan lain-lain lagi cara yang dapat
menolong keluarga dal;am mendidik anak-anaknya dari segi intelektual sebelum
dan sesudah masuk sekolah.
G. Peranan Pendidikan Psikologi dalam Keluarga
Di antara bidang-bidang yang mana keluarga dapat
memainkan peranan penting adalah pendidikan psikologikal dan emosional. Melalui
pendidikan itu, keluarga dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya
secara umum untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat menciptakan
kematangan emosi yang sesuai dengan umurnya, menciptakan penyesuaian
psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri dan dengan orang-orang lain di
sekelilingnya. Begitu juga dengan menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia,
seperti cinta kepada orang lain, mengasihani orang lemah dan teraniaya,
menyayangi dan mengasihani fakir miskin, kehidupan emosi yang rukun dengan
orang-orang lain dan menghadapi masalah-masalah psikologikal secara positif dan
dinamis.
Berkaitan dengan pendidikan psikologi dalam
keluarga ini dalam Hadits banyak dikemukakan, di antaranya: Hadits yang
diriwayatkan dari Aisyah RA: “Telah
datang orang Badwi kepada Nabi dan Nabi bersabda: “Adakah kamu suka mencium
anak-anakmu?. Kami tidak pernah menciumnya. Nabi bersabda: Tidakkah Allah telah
mencabut dari hatimu rasa kasih sayang (HR.Bukhari dan Muslim). Diriwayatkan
dari Abu Hurairah, beliau berkata: Bahwa
Nabi SAW mencium Hasan bin Ali, sedang al-‘Aqra bin Habits al-Tamimi duduk di
sampingnya. Kemudian Al-‘Aqra berkata: Aku mempunyai sepuluh orang anak, belum
pernah aku seorang pun di antara mereka. Rasulullah memandang Semua cara-cara
di atas telah dibuktikan oleh penmuan-penemuan para peneliti dalam bidang
psikologi dan pendidikan dan diterima oleh logika yang waras. Juga dikuatkan
oleh ajaran agama yang bertujuan untuk menanamkan rasa tenteram, harapan, dan
kepercayaan diri dan menguatkan unsur kebenaran, kebaikan, keadilan dan
persamaan bagi anak-anak. kepadanya, lalu bersabda: Barangsiapa tidak
mengasihani dia, maka tidak akan dikasihani (HR.Bukhari dan Muslim).
Untuk dapat mengaplikasikan pendidikan
psikologi dalam keluarga agar memperoleh hasil sesuai dengan apa yang
diharapkan, maka langkah-langkah yang
harus diambil oleh orang tua dalam mendidik dan memelihara anak-anaknya dari
segi psikiologi adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui segala keperluan psikologi dan sosialnya serta
mengetahui kepentingan tentang cara-cara memuaskannya untuk mencapai penyesuaian
psikologi bagi anak-anak.
2.
Mengetahui gejala-gejala
dan sifat-sifat merasa puas atau ketidak puasannya dalam tingkah laku
anak-anak.
3.
Berusaha memberikan
kesempatan bergerak dan cara-cara bergaul yang akan menolong ia memuaskan
kebutuhan tersebut supaya mereka jangan merasa tidak tenteram dan juga merasa
tidak mendapat perhatian dan penghargaan.
4.
Dalam memberikan hukuman
jangan menggunakan cara-cara ancaman, kekejaman dan siksaan badan, dan juga
jangan sampai menimbulkan perasaan diabaikan.
5.
Jangan melukai perasaan
anak-anak dengan kritikan tajam, ejekan, cemoohan, menganggap enteng pendapat
anak-anak, membandingkan mereka dengan anak-anak tetangga dan kaum kerabat dan
lain-lainnya.
6.
Memberikan kepada mereka
peluang untuk menyatakan diri, keinginan, pikiran, dan pendapat mereka dengan
sopan dan hormat, di samping menolong mereka berehasil dalam pelajaran dan
menunaikan tugas yang dipikulkan kepadanya.
H. Peranan Pendidikan Spiritual dalam Keluarga
Pendidikan
spiritual termasuk bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh dari
orang tua kepada anak-anaknya. Pendidikan spiritual ini akan dapat
membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada
pada anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
al-Qur’an dan As-Sunnah banyak dikemukakan tentang perlunya pendidikan
spiritual dalam keluarga, di antaranya: Ketika lukman mendidik anaknya dan
berkata: “Hai anakku, dirikanlah sholat, dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar” (QS (31):17).
Dalam Hadits dijelaskan: “Perintahlah anak-anakmu sholat ketika mereka berumur
tujuh tahun” (HR.Abu Dawud).
Agar pendidikan spiritual dalam keluarga mencapai
hasil yang memuaskan, maka di antara metode praktis yang patut digunakan oleh
keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah sebagai
berikut:
1. Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang kepada ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang
sempurna dalam waktu tertentu.
2. Membiasakan mereka melaksanakan syi’ar-syi’ar agama sejak kecil,
sehingga pelaksanaan itu menjadi kebiasaan
yang mendarah daging dan mereka
melakukannya dengan kemauan sendiri serta merasa tenteram dengan melakukannya.
3. Menyiapkan suasana
spiritual yang sesuai di rumah di mana mereka berada.
4. Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas
pembinaan spiritual.
I. Peranan Pendidikan Akhlak
dalam Keluarga
Pendidikan agama erat kaitannya
dengan pendidikan akhlak. Tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa pendidikan
akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang
buruk adalah yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak,
keutamaan-keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan
yang diajarkan oleh agama. Dan seorang Muslim tidak sempurna agamanya sehingga
akhlaknya menjadi baik. Para filosof pendidikan Islam hampir semuanya sepakat
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Sebab, tujuan tertinggi
pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak.
Keluarga memegang peranan penting sekali dalam
pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula sekali
berinteraksi dengannya. Oleh karena itu, keluarga harus mengambil porsi yang
banyak tentang pendidikan akhlak ini. Mengajar mereka akhlak yang mulia yang
diajarkan Islam, seperti kebenaran, kejujuran, keikhlasan, kesabaran, kasih
sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan lain-lainnya. Orang tua juga harus
mengajarkan nilai dan faedah berpegang teguh pada akhlak di dalam hidup, dan
membiasakan mereka berpegang kepada akhlak sejak kecil.
Di antara dalil yang digunakan
pendidik Islam tentang pentingnya pendidikan akhlak dan pentingnya peranan
keluarga dalam hal itu adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, di
mana Nabi pernah bersabda: “Tidak ada pemberian seorang Bapak kepada anaknya
yang melebihi dari akhlak yang baik” . Juga dalam hadits riwayat At-Turmudzi
dan At-Tabrani, bahwa Rasulullah bersabda: Jika seseorang mengajar anaknya,
lebih baik baginya daripada ia bersedekah setiap hari setengah gantang kepada
orang miskin”. Ada pula Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Ibnu
Abbas, ia berkata: Wahai Rasulullah: Engkau telah mengajar kami tentang hak
orang tua terhadap anaknya. Maka apa pula hak anak terhadap orang tuanya.
Beliau bersabda: “Bahwa engkau memberinya nama yang baik dan memperbaiki
adabnya”. Juga ada Hadits riwayat Ibnu Majah, bahwa Nabi bersabda: “Muliakanlah
anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka”.
Sedangkan metode penanaman akhlak kepada anak dalam keluarga menurut Hasan
Langgulung (1989) dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:
1. Memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh
kepada akhlak yang mulia. Sebab orang tua yang tidak berhasil menguasai dirinya
tentulah tidak akan sanggup meyakinkan anak-anaknya untuk memegang akhlak yang
diajarkannya.
2.
Menyediakan bagi
anak-anaknya peluang-peluang dan suasana praktis di mana mereka dapat
memperaktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya.
3.
Memberi tanggungjawab yang
sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak
tanduknya.
4.
Menunjukkan bahwa keluarga
selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana.
5.
Menjaga mereka dari
teman-teman yang menyeleweng dan tempat-tempat kerusakan.
J. Kesimpulan
Dari
pembahasan tentang metode pendidikan keluarga menurut Islam di atas, maka dapat
diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Keluarga dalam Islam memegang peranan penting dalam membentuk
pribadi anak, karena keluarga merupakan institusi pertama yang yang secara
langsung berinteraksi dengan anak, sehingga apa pun yang terjadi dalam keluarga
akan berdampak terhadap anak.
2.
Pendidikan dalam keluarga
yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sampai dengan dewasa, yang berupa pendidikan
social, pendidikan jasmani dan kesehatan, pendidikan
akal (intelektual), pendidikan psikologi, pendidikan agama, dan pendidikan akhlak sangat besar
pengaruhnya dalam pembentukan pribadi anak, karena pendidikan tersebut
berlangsung sepanjang masa oleh orang tua kepada anak-anaknya dan disertai
dengan rasa kasih sayang, keikhlasan dan tanggungjawab yang penuh dari orang
tua kepada anak-anaknya.
3.
Metode penanaman
nilai-nilai pendidikan dalam keluarga menurut Islam pada dasarnya mengacu
kepada prinsip-prinsip yang ada dalam al-Qur’an dan Hadits. Namun, karena
Al-Qur’an dan Hadits tidak memberikan rincian tentang metode tersebut, maka
realisainya disesuaikan dengan situasi dan kondisi dan tujuan yang diharapkan
diperoleh pendidikan yang diberikannya, sehingga metode tersebut bersifat
fleksibel.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemah (1984), Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur’an Pepartemen Agama RI.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Taomy (1979),
Falsafah Pendidikan Islam (terj. Hasan Langgulung), Jakarta: Bulan Bintang.
Abu Ahmadi, dkk (1991), Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Hasan Langgulung (1989), Manusia dan Pendidikan:
Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna
M.Arifin (1991), Ilmu Pendidikan Islam: Suatu
Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta:
Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar